Nasehat Menteri Agama RI ( Prof. Nasaruddin Umar) di Sulbar saat Kunjungan Kerja
Dalam penjelasan pidatonya, Guru itu berasal dari bhs Sanssekerta : Gu yang artinya kegelapan, sedangkan Ru adalah obor, Jadi seorang guru harus dapat menerangi kehidupan seorang murid baik dalam lingkungan Madrasah maupun di kehidupan masyarakat. Sementara dalam bahasa Arab, guru adalah Mursyid (pembawa petunjuk). Jadi guru bukan predikat biasa, guru adalah seorang pendidik yang mengedepankan rasa, guru adalah perantata Tuhan dengan Murid. Guru tidak sekedar mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada murid, tapi bgaimana guru dapat menjadikan proses mengajar dengan mendoktrin anak menjadi fitrah, oleh karena itu guru hrs mengajar dengan Rasa meskipun tidak melupakan aspek Rasionalitas.
Dalam melaksanakan tugas, Guru dituntut membatinkan ilmunya sebelum memberikan murid, persiapan seorang guru harus atas restu dari Allah swt, sembari berdoa meminta agar Allah dibukakan hati muridnya supaya muridnya dapat dengan mudah menerima ilmu tersebut dan tentunya berkah sehingga ilmu yang diajarkan dapat menggores di batin anak anaknya.
Kesuksesan para guru tdk diukur dari seberapa banyak guru mendapat penghargaan, atau seberapa banyak paket yg kita ajarkan kepadanya, tapi keberhasilan seorang guru adalah seberapa besar kita bisa mentransfer kearifan kita kepada mereka.
Kemudian beliau menyampaikan bahwa perbedaan sekolah dengan madrasah yaitu, sekolah adalah tempat mencari ilmunya guru, tp kalo madrasah adalah tempat mencari ilmunya Tuhan. Jd kalo hanya mencari ilmunya guru maka makin pintar makin kurang ajar, kalau di madrasah tempat adalah memcari ilmunya Tuhan jd betul² tempat kontemplasi, di sekolah bagaimana memintarkan anak, tapi di Madrasah adalah tempat menjadikan anak yang arif dan bijaksana.
Orang pintar suka memamerkan kepintarannya di depan orang lain, tp orang Arif memyembunyikan kepintarannya kepada orang lain. Olehnya itu dapat kita simpulkan bahwa murid adalah orang yg bersungguh² mencari ilmunya Tuhan melalui guru. Karena pada hakekatnya ilmu yang diajarkan oleh guru adalah ilmunya Tuhan.
Murid di depan guru bagaikan sahabat di depan nabinya. Guru itu warotsatul Anbiya' jadi marilah kita autokritik sudahkah kita benar² menjadi guru, guru di masa lampau dpt melahirkan seperti Ibnu Rusdi seorang dokter, hakim agama dan filsuf. Jadi guru itu juga impersonal Teacher melalui petunjuk Tuhan karena mendekatkan diri kepada Tuhan.
Jadi guru madrasah jangan sekedar deduksi² akal / barat, tapi guru madrasah harus mampu menjadi sumber kecerdasan ilham, ladunni, waqiiyah, mimpi (manamat/ru'yat/mukasyafah)
Kita minta pada guru madrasah dan agama agar lebih mempersiapkan mental kita sebagai guru madrasah, jd ekspektasi masyarakat kita pada guru madfasah seperti kain putih, padahal penghuninya adalah manusia, jd mari memelihara identitas kita sbgai guru madrasah agar tidak terblowup oleh media bila ada sedikit masalah.
Statistik kita disorot bahwa kesejahteraan tidak berbanding lurus dengan kualitas murid, ini autokritik untuk kita. Tapi alhamdulillah di madrasah meski sedikit pendanaan tapi masih dapat melahirkan insan cendikia yang hebat, karena hal itu diyakini atas adanya intervensi Tuhan
Kemudian beliau menutupnya dengan menyinggung guru yang belum bersertifikat yakni Sebanyak 400rb guru madrasah dan 100rb guru PAI yang belum sertifikasi, akan dituntaskan dalam dua tahun. Kemudian beliau menutupnya dengan mengatakan akan kita tuntaskan selama 2 tahun.
By Tasriq
Info KaMAr TV News
Komentar